Kisah dibalik lagu April dari Fiersa Besari

Hasil gambar untuk april fiersa besari lirik

 Fiersa Besari adalah seorang musisi independen asal kota Bandung kelahiran 3 maret. Bung (Sapaan Akrab Fiersa Besari) adalah lulusan S1 di STBA YAPARI ABA Bandung jurusan Sastra Inggris . Aku mengenalnya pada tahun 2015, dari seseorang sebut saja April, seorang yang mengajariku arti jatuh hati, patah hati, lalu bangkit kembali, dan juga yang mengenalkanku pada bung Fiersa Besari, yang akhirnya menyadarkanku bahwa Rasa yang tak terbatas takkan mempersalahkan ketika tidak berbalas  (garis waktu hal.37).
Secara tidak langsung April mengenalkanku dengan bung Fiersa Besari, sering aku melihat dari notif bbmnya dia mendengarkan lagu-lagu dari bung, saat itu ku kira Fiersa Besari itu nama cewe, yang awalnya aku biasa saja lama-lama aku sedikit penasaran dan sampai dimana ketika dia mengirim voice note menyanyikan lagu ''Hingga Napas Ini Habis" bisa dibilang lagu ini memang sejalan dengan kisah kita. Distulah awal mula aku mengenal bung, dan mulai mendownload semua dari mulai lagu miliknya hingga cover yang dia nyanyikan.
 Terkadang rencana tuhan memang indah, sekarang aku telah menemukan seseorang yang lebih menghargaiku,  seseorang yang membuat semestaku kembali ceria. Ahh, Tuhan memang maha asyik, Ia membuat orang yang aku sayangi menyakitiku, lalu mengirimkan seseorang yang lebih menyayangiku.
 upppsss jadi curhat gini yakkkss, sorry2 langsung saja selamat membaca ☺

APRIL
          Ada alasannya kenapa aku malas menuliskan kisah ini, bukan karena perasaanku masih gundah gulana, hanya saja kisah ini terlalu drama. Tapi atas nama bulan sakral dalam album Tempat Aku Pulang, atas nama misteri yang belum pernah didengar, akan kukisahkan padamu seada-adanya tanpa penambahan sedikit pun. Kawan-kawan, selamat menikmati April.
          Matahari sedang lucu-lucunya dan langit sedang biru-birunya ketika aku menunggu gadis itu datang ke tempat kami harusnya bertemu, di sebuah mal di kawasan Soekarno-Hatta, Bandung. Wawancara untuk mading kampus, itu katanya di Whatsapp. Entah kenapa harus aku yang jadi objeknya, musisi kecil yang lagunya tidak terlalu terkenal. Berhubung kerjaanku di studio sedang kosong, kupenuhi permintaannya.
Gadis itu melambai dari kejauhan ke arahku dan motor tua yang kuparkir. Kaos biru membalut tubuhnya, kupluk longgar menutup rambut lurusnya yang panjang. Mungkin bila angin hari itu kuat, cukup untuk meniup tubuhnya yang kurus. Aprillianty namanya, bagaimana bisa aku lupa nama itu.
Dia menjabat tanganku. Mata yang cokelat menatapku di sela senyum yang tersungging. Gadis itu jauh lebih cantik dari fotonya di Whatsapp. Ya, kau tahu sendiri kan betapa avatar sering kali menipu. Kami melenggang ke arah food court, masakan khas Sunda menjadi santapan ketika wawancara berlangsung. Pertanyaan standar, jawaban klise, berujung tulisan tangan dariku disertai tanda tangan untuk pelengkap data madingnya. Wawancara selesai, tapi tidak dengan kegiatan kami berbincang di Whatsapp.
Aku senang berdialog dengannya. Bukan, bukan karena dia punya wawasan seluas Mbah Google atau punya kata-kata sebijak Mario Dedeh. Dia bisa membuatku tertawa, itu saja. Berdialog dengannya, aku menjelma menjadi diriku sendiri. Tidak butuh waktu lama untukku jatuh hati pada gadis itu. Jangan salahkan aku perihal waktu, hati tidak pernah punya batas kapan harus mulai merasakan sesuatu. Kalau ada yang harus disalahkan, mungkin Aprillianty-lah karena begitu suksesnya memikat.
          Aku tidak terlalu mengerti dengan kode-kodean, aku juga tidak terlalu mengerti apa tanda seorang perempuan sudah memberikan lampu hijau untuk pendekatan, sinyalku tidak sekuat itu. Tapi kami beberapa kali keluar, untuk makan siang atau mencari buku. Aku rasa itu istimewa. Atau mungkin hanya perasaanku.
Bandung hujan sore itu, sudah menjadi ciri khas kota memang. Mau tak mau aku harus suka dengan kedatangan gemuruh yang selalu tiba-tiba. Aprillianty duduk di bangku besi depan ketika aku keluar dari dalam mini-market dan membawakannya sebotol teh. Menikmati deras hujan yang membuat kami membatalkan rencana jalan-jalan pun tak mengapa, di sebelahnya sudah lebih dari cukup.
Entah dari mana asal muasal pembicaraan, mungkin langit sendu yang membuatnya bercerita tentang rasa sakitnya atas masa lalu, tentang mantan pacarnya yang menyelingkuhi dia berulang kali, tentang dia yang hanya bisa bersabar. Kadang aku bingung batas antara sabar dan bodoh, tapi bukan lagi masalah, dia lajang, aku pun sama. Kugenggam tangannya kuat seakan tak mau melepas. Aku tahu jantungnya sedang merasakan debaran yang sama. Aku yakin dia sedang merasakan hal yang sama. Seperti itulah kami merapatkan rindu, atau sekali lagi, mungkin hanya aku yang menduga, mungkin ini semu, mana kutahu.
Malam itu aku dan motor tuaku mengantarkannya pulang. Sisa gerimis masih menggenangi jalan yang terlintas. Ia memintaku berhenti untuk membeli makan. Kuparkir motor di sebelah tenda nasi goreng yang merampas hak pedestrian. Motor tua sialan, tak mau juga menyala. Dalam hati sudah kumuntahkan sumpah serapah, harusnya kusalahkan diriku sendiri yang tidak juga membawanya ke bengkel untuk sekedar ganti oli. Mungkin motor tuaku tak terima kuhina, engkol yang kusela menghantam balik kaki hingga bagian tulang keringku sobek. Darah merembes dari dalam celana, Aprillianty melihat tanpa tega. Di rumahnya, diperbannya kakiku ketika hujan kembali mengintip dari sela jendela. Romantis memang, aku merasa sedang ada di dalam sinetron. Apakah sudah boleh aku merasa berbalas?
          Tapi Twitter menjalankan tugasnya dengan baik. Twitter berhasil memanasi hatiku. Kau tahu kan saat di mana rindu sedang melanda dan kau begitu gatal ingin menguntit siapa saja yang mention dia, siapa saja yang diresponnya. Adalah seorang lelaki satu kampus dengannya, mention panjang mereka berdua terpajang. Benakku mengutuk, apakah perlu berbincang di ruang publik selama ada layanan SMS? Kutukan aku yang cemburu. Tapi aku tidak mau menyerah. Kata ibuku, laki-laki tidak boleh cepat menyerah. Bukankah semakin sulit perjuangannya, semakin manis hasilnya? Toh kode-kodeanku dengan Aprillianty masih berlangsung aman dan tentram.
Tiga hari lagi ulang tahunku. Aku telepon Aprillianty dengan pengajuan permintaan yang akan menyita waktunya seharian penuh. Ya, lelaki egois ini ingin perempuan yang disukainya untuk mau diajak ke sebuah tempat di Kota Bandung, taman di mana senja begitu menguning dan kota begitu hening. Tak dinyana, Aprillianty setuju. Mungkin lebih tepatnya, ‘mengusahakan’ untuk setuju. Ayolah Aprillianty, satu hari saja, dalam setahun aku tak ingin satu hari itu gagal.
Aprillianty tak mengabari, hanya lagi-lagi Twitter menjalankan tugasnya. Satu jam sebelum malam ulang tahunku, aku bisa tahu kalau dia menonton pertandingan Manchester United di sebuah kafe bersama lelaki itu, lelaki yang mention-mentionan dengannya, lelaki satu kampus itu. Harus aku siram saja hati yang sudah terbakar ini dengan spirtus? Atau bagaimana?
Tepat di tengah malam, Aprillianty mengirim voice note, nyanyian dan ucapan selamat ulang tahun dengan suara keramaian kafe di belakangnya. Tidak kurang tidak lebih, tidak terlaksanakan janjinya membuatkanku blueberry pie. Ah, tak apa, ya sudahlah.
          Aku bukan penggila kejutan, bukan penggila ucapan, tanggal lahirku saja kusembunyikan di dunia maya. Bukan aku tidak sayang kawan-kawanku, aku hanya selalu merasa hari ulang tahun bukanlah soal perayaan, tapi lebih ke kontemplasi diri, perenungan tentang apa yang sudah dan akan terjadi. Biasanya ulang tahunku kuhabiskan dengan menyepi di gunung atau pantai atau tempat apa pun yang membuatku merasa dekat dengan alam. Tapi tidak kali itu, kali itu ingin Aprillianty layaknya anak kecil ingin hadiah robot-robotan.
Sial, kenapa tidak juga ada kabar? Ayolah, jangan kecewakan aku. Egoku menang, kuurungkan niat untuk mengajaknya ulang. Bukankah kalau dia peduli, dia akan terlebih dahulu mencariku? Bukankah sudah kuminta waktunya hanya untuk hari ini dari jauh-jauh hari? Kalau aku memang istimewa, dia pasti akan ingat. Aku yakin dia akan ingat.
Sore hampir tiba, kukendarai motor tuaku ke taman. Langit kembali bergemuruh ketika aku duduk sendiri di bangku kayu. Kulihat ulang telepon genggamku, berharap ada pesan darinya masuk. Jika pun harus membatalkan, beri aku kabar, jangan seperti ini.
Hujan membasahiku yang tidak mau beranjak dari bangku, mungkin langit menangis karena aku tidak bisa menangis untuk masalah cinta-cintaan. Tapi harus kuakui, hatiku seakan diremas, sakit luar biasa entah kenapa. Bodoh, aku tenggelam dalam drama yang kuciptakan sendiri. Kalau difilmkan, mungkin adegan ini jadi klimaksnya, sad ending di mana sang lelaki duduk sendirian di bawah hujan di hari ulang tahunnya. Tapi ini bukan film, ini nyata, tidak ada credit title setelah ini. Hidup harus kembali berjalan, aku harus keluar dari taman, harus menyalakan motor, harus pulang. Dan pulanglah aku membawa sekeranjang kekecewaan.
Alam Semesta terkadang senang bercanda, ketika motor kukendarai, hujan berhenti, lalu langit menguning. Lagu Slow And Steady milik Of Monsters And Men yang kusetel di telinga menghiasi napas panjangku. Sekali lagi, jika ini film, mungkin sudah tamat sampai di sini. Kutatap senja sebelum akhirnya langit menggelap, menelan semua cahaya seperti Aprillianty menelan semua kebahagiaanku. Tapi toh matahari akan selalu kembali menyapa bumi, bahagiaku juga pasti akan kembali bersemi dengan atau tanpanya.
          Aprillianty yang tidak datang sore itu masih menjadi misteri untukku, tapi bukan lagi untuk dipertanyakan. Beberapa hal memang harus dikenang daripada dipaksakan ada. Beberapa perjuangan memang harus mengenal kata mengikhlas daripada dipaksakan lanjut.
Perasaan untuk Aprillianty aku tulis dalam sebuah lagu, lagu yang seharusnya berjudul Cokelat, tapi akhirnya kuganti menjadi April.
Coba tanya hatimu sekali lagi, sebelum engkau benar-benar pergi.
Masihkah ada aku di dalamnya? Karena hatiku masih menyimpanmu.
Kisah kita memang baru sebentar, tapi kesan terukir sangat indah.
Aku memang bukan manusia sempurna, tapi tak pernah berhenti mencoba
membuatmu tersenyum, walau tak pernah berbalas.
Bahagiamu juga bahagiaku.
Saat kau terlalu rapuh, pundak siapa yang tersandar?
Tangan siapa yang tak melepas? Aku yakin aku.
Bahkan saat kau memilih untuk meninggalkan aku,
tak pernah lelah menanti, karena aku yakin kau akan kembali.
Ada engkau dalam setiap doaku, sungguh aku rindu berbagi tawa.
Kini kita tidak lagi menyapa, biarlah hanya dari kejauhan
melihatmu tersenyum, walau tak pernah berbalas.
Bahagiamu juga bahagiaku.
Saat kau terlalu rapuh, pundak siapa yang tersandar?
Tangan siapa yang tak melepas? Aku yakin aku.
Bahkan saat kau memilih untuk meninggalkan aku,
tak pernah lelah menanti, meski pun engkau tak akan kembali.
          Kukirim kenang-kenangan tersebut pada sahabat Aprillianty. Sang Sahabat berkata Aprillianty menangis semalaman mendengar lagu itu. Entahlah, sudah kuredam habis-habisan hasratku ingin menghubunginya. Kabar terakhir kudengar ia sudah pacaran dengan lelaki itu. Mungkin sudah jalannya. Siapa pun yang dipilih Aprillianty, aku yakin itu yang terbaik. Apa yang pernah kami punya tetap menjadi kenangan indah. Jika tidak indah untuknya, setidaknya untukku.
Dan lucu betapa lagu April yang iseng-iseng kuunggah ke Soundcloud mendapatkan respon positif dari banyak orang, lucu betapa lagu April yang mempunyai kisahnya sendiri dapat terbang ke banyak telinga untuk melantunkan cerita baru di benak kawan-kawan.
Ternyata benar, mentari memang akan selalu datang kembali, bahagia akan selalu kembali terbit dengan caranya sendiri.
April bersama 12 lagu lainnya adalah bagian dari album Tempat Aku Pulang.
— Fiersa Besari, Bandung, 1 April 2014

Komentar

  1. terimakasih info nya sangat bagus, silahkan kunjungi http://bit.ly/2MiUpB1

    BalasHapus
  2. Lagu ini 100% mewakilkan aku banget, fix bikin ggl move on tiap kali denger nih lagu, intinya thanks fiersa😊

    BalasHapus
  3. Artikel yang menarik dan bermanfaat. Terimakasih atas informasinya. Lagu You Need to Calm Down Taylor Swift, Lirik dan Artinya

    BalasHapus
  4. Tadinya ga mau dengerin lagu ini karna judulnya, jadi bener2 belum tau apa2.
    Eh malah ada temen play lagu, pas nanya judulnya apa, dijawab "April".
    Dalam hati cuma bilang "anjir"
    Kebetulan mantan saya juga namanya April. Kebetulan juga pas banget sama lagu ini kisahnya.
    Pas itu akhirnya saya sering puter lagu ini, eh dibilang sama temen yg tau kisah saya sama April. "Bukan lu kan yang ngasih ini lirik ke mas Fiersa? Kok bisa nge pas sama kejadian lu? Judulnya April tapi kagak ada April-Aprilnya?! Curiga nih gue!"
    Jujur saya ketawa
    HAHAHAHAHA

    Akhirnya kepo banget sama cerita dibaliknya, dan ternyataa... Wah..
    Great song, great story!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salamm. Terima Kasih sudah mengunjungi blog pribadi saya :)

      Hapus
  5. Ya ampun.. suka banget kak🥺lagunya cocok banget sama aku, apalagi dia lahir bulan April😂aduh.. sampe berulang kali aku putar, gaada bosennya❤️

    BalasHapus
  6. Awalnya saya sedang patah hati banget di bulan April karena mengetahui mantan memilih wanita lain daripada aku, kemudian teman ku memberikan lagu APRIL dan aku tak ingin melanda diri ku dengan lagu galau, namun setelah hati ku mulai memulih, ternyata lagu april ini membuatku ikhlas ketika kenangan masalalu kembali .. hanya kenangannya

    BalasHapus
  7. Dan liriknya sama banget sm orang yg lahir di bulan april. Dia pas banget ky yaudah klo sm dia. Nanti klo di sakiti balik sini juga nggak papa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit Kutipan Buku 'GARIS WAKTU' Karya Fiersa Besari

Wah, Liam Gallagher Bakal Bayarin Penggemar untuk Nonton Konsernya di Jakarta?